Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2017
Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2017 memasuki tahapan presentasi
dan wawancara dengan Tim Panel Independen, yang terdiri dari JB
Kristiadi (Ketua), Siti Zuhro Eko Prasojo, Wawan, Nurjaman. Hari pertama
sebanyak tujuh inovator, empat diantaranya dari Kementerian Kesehatan,
mempresentasikan inovasinya dalam tahapan yang akan berlangsung hingga 5
Mei 2017.
Inovasi
pertama berjudul 119 – Kolaborasi Nasional Layanan Emergensi Medik di
Indonesia. Sekjen Kementerian Kesehatan Untung Suseno Sutarjo dan
Dirjen Pelayanan Kesehatan Bambang Wibowo hadir untuk mempresentasikan
inovasi yang bertujuan untuk mendekatkan akses layanan yang bersifat
aktif, terpadu secara nasional. “Layanan ini ada di pusat dan di daerah,
diintegrasikan dengan kepolisian, pemadam kebakaran, serta BPBD.
Targetnya setiap daerah memiliki akses 119,” ujar Untung.
Inovator kedua dari RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan inovasi ‘3 In 1 Kariadi Peduli’. Direktur Utama RSUP
Dr. Kariadi Semarang Agus Suryanto mengatakan, di era pemberlakuan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) biaya penunjang sering menjadi masalah.
Pasalnya, banyak pasien tidak mampu membayar biaya ambulance jenazah,
sementara pelayanan RSUD memerlukan waktu dan tenaga untuk mendapatkan
pelayanan antar unit layanan. “Kami ingin meringankan pelayanan khusunya
untuk masyarakat miskin. Solusinya, rumah singgah gratis, ambulan
jenazah gratis, mobil angkutan pelayanan internal juga gratis,” ujarnya.
Ditambahkan,
dengan 3 in 1 maka akan terjadi peningkatan kualitas pelayanan secara
berkisanumbangan, baik kualitas pelayanan maupun kepuasan masyarakat
dengan ekstra layanan ini kualitas RS akan meningkat. Penggunaan rumah
singgah berkembang dari tahun 2014 : 527 sampai 2016 : 4413. Dampaknya,
masyarakat terbantu biaya, mempermudah akses, serta produktivitas
meningkat. “Kami juga mendapat akreditasi nasional dan internasional,
dan telah menerima predikat WBK dan WBBM dari Kementerian PANRB,”
ujarnya.
Inovasi yang tampil ketiga dari Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dengna judul inovasi Laboratorium
Manajemen Data. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Siswanto menjelaskan, pemanfaatan data oleh litbang kesehatan selama ini
tidak tercatat. Selain itu, hasil penelitian belum tertata menjadi satu
kesatuan. Dalam inovasi ini, pelayanan dilakukan satu pintu sebagai
pemanfaatan data. Metode analisa bisa dikonsultasikan, untuk menghindari
duplikasi.
Dampak
dari inovasi ini, seluruh hasil penelitian dapat terkumpul, akses klien
menjadi mudah, dan judul penelitian dapat didonwload. Data ini sangat
bermanfaat untuk pendidikan, laporan program non pemerintah, jenjang
karir, kebijakan program pemerintah. “Selain itu, terjadi peningkatan
kualitas penelitian serta utilisasi,” ujarnya.
Inovator
keempat dari Poltekkes Jakarta I, dengan inovasi Pemanfaatan Eceng
Gondok dalam Pembuatan Soket Kaki dan Tangan Palsu (Prostesis). Inovasi
ini dilatar belakangi kenyataan bahwa banyak penderita cacat gerak yang
menjadi difabel sulit mendapatkan kaki/tangan palsu karena selain
mahal, produk ini yang berbahan tranformal plastic umumnya harus impor.
Dari
hasil penelitian yang cukup panjang, ternyata tanaman eceng gondok yang
di banyak daerah merupakan gulma atau hama, dapat dibuat soket
kaki/tangan palsu, setelah proses pengeringan, penganyaman, laminasi,
soket, perakitan dengan tungkai tambahan, sehingga dapat digunakan.
Keuntungan lain, eceng gondok dapat didaur ulang, go green, proses
produksinya juga sederhana, dan sekaligus memberdayakan masyarakat.
“Sampah menjadi berkah,” ujar Sekretaris Poltekkes Jakarta I Kirana
Pritasari.
Giliran
kelima adalah presentasi dari Panti Sosial Bina Karya Pangudi Luhur
Bekasi Kementerian Sosial, dengan inovasi yang berjudul RISOL GEPENG
MAS. Inovasi ini lahir dari kenyataan banyaknya gelandangan dan pengemis
(Gepeng), yang tidak bisa seluruhnya ditampung di panti, sehingga cukup
meresahkan masyarakat. “Kami melakukan pemberdayaan dengan melakukan
pembinaan di luar panti, sejak tahun 2014. Dalam tiga tahun terakhir,
sekitar lima ratus Gepeng di 14 kabupaten/kota telah kami rehabilitasi,
dan sebagian besar sudah bisa mandiri,” ujar Kepala Lipsos Bekasi
Iriani.
Inovator
keenam dari Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok Kementerian
Pertanian dengan judul inovasi PRIOQ KLIK. Inovasi ini mampu mengubah
penghitungan PNBP yang semula lambat menjadi cepat sehingga nomor
dokumen bisa langsung diketahui dan bisa diambil di kantor pelayanan.
Dampaknya, menghindari pungli, memperbaiki performa dwelling time.
"Selain itu terjadi efisiensi, informatif, dan ada kepastian waktu,"
ujar Purwo Widiarto.
Sedangkan
inovator terakhir dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan Surabaya dengan inovasi berjudul INI MOBIL SIANI – Sahabat
Setia petani. Inovasi ini lahir dari kondisi di lapangan bahwa selama
ini banyak petani belum menggunakan benih/bibit unggul yang
bersertifikat. Akibatnya, produktifitas rendah dan terjadi penurunan
kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Dengan inovasi ini, kami
berusaha mengoptimalkan fasilitas dan akhirnya tercetus sistem pelayanan
jemput bola.
Dengan
sistem ini, petani dan petugas lapangan menghubungi kantor pusat untuk
datang ke lokasi mereka. Kemudian, mobil SIANI akan datang ke lokasi.
Pelayanan langsung di dalam mobil. Akan dilaksanakan bimbingan teknis
untuk para petani. Saat ini masih di tingkat provinsi, dan baru ada di
Jawa Timur dan Jawa Tengah. Ke depan, seluruh provinsi di Jawa segera
menyusul.